Profil

Dalam rangka memberikan kontribusi yang maksimal bagi bangsa dan negara, Yayasan Institut Kuanta Indonesia hadir dengan terobosan program pembelajaran bahasa Inggris yang sangat fenomenal. Lembaga berdiri secara resmi pada tanggal 10 November 2008. Kantor Pusat dan Pusat Pendidikan dan Pelatihannya di Lamongan (Gumining Rejo, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur). 
Dipilihnya daerah Lamongan sebagai kantor pusat dikarenakan daerah ini memiliki kaitan yang erat dengan sejarah pendiriannya serta memiliki lingkungan yang sangat mendukung bagi keberhasilan proses pendidikan yang dilalukan. Namun secara historis, perjalanan perintisan dan peng-embangan metodologi pembelajaran sudah dimulai sejak tahun 1987, yang ditandai dengan penemuan dan penggunaan versi awal dari metodologi inovatif ini oleh sang penemu, yaitu Bapak AM Prayitno. Secara bertahap dan berkesinambungan metode tersebut telah dikembangkan, diadakan pengujian (eksperimen), dan disempurnakan, baik dalam materi maupun teknik pengajarannya, dan pada akhirnya memunculkan sebuah terobosan besar di bidang pembelajaran bahasa Inggris yang diberi nama Level Kuanta Mastering English. Sekarang berubah menjadi Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Kuanta Indonesia (LPBI-KI) yang berkantor pusat di Jakarta.

  • TEKNOLOGI LEVEL KUANTA

Inovasi teknologi yang diambil dan menjadi basis bagi metodologi pembelajaran yang dikembangkan dinamakan Teknologi Level Kuanta. Teknologi ini bertumpu pada proses digitalisasi dan transformasi ilmu di level energi.
Teknologi ini dibangun dari beberapa unsur paradigma dasar, Pertama: fakta bahwa dalam pandangan dunia kuantum; unsur penyusun semua benda di dunia ini adalah energi yang bervibrasi dengan frekuensi tertentu. Semakin tinggi vibrasinya, semakin tidak bisa ditangkap oleh panca indra. Sebaliknya, semakin rendah vibrasinya, semakin terlihat dan mampu ditangkap oleh panca indra. Dalam paradigma ini, ilmu dikategorikan pula sebagai ‘benda’ yang juga ada unsur penyusunnya, yaitu energi yang memiliki vibrasi sangat tinggi.
Kedua: Teknologi otak; bahwa otak bekerja dengan cara tertentu yang sangat spesifik dan alamiah. Semua informasi, termasuk juga ilmu, diolah dan disimpan dengan cara tertentu pula. Sebagai konsekuensinya, perhatian terhadap cara kerja otak ini sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran, terutama perhatian terhadap potensi bagian otak yang sangat luar biasa, yaitu otak bawah sadar. Disinilah semua informasi pada tingkatan otomatis disimpan. Tujuan pembelajaran sebuah ilmu pada akhirnya adalah penguasaannya pada tingkatan otomatis, yang merupakan fungsi dari otak bawah sadar. Jadi pemahaman yang benar terhadap cara bekerja otak bawah sadar ini sangatlah dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran.
Ketiga: Teknologi computer; Dalam cara otak bekerja, terdapat banyak sekali proses-proses yang mirip proses komputerisasi yang dilakukan komputer, akan tetapi ia dalam taraf yang jauh lebih canggih dan jauh lebih cepat. Pemisahan antara proses recording (merekam) dan proses utilizing (menggunakan) data atau informasi amatlah menentukan keberhasilan proses pembelajaran, karena berbeda tahapan berarti berbeda pula perlakuannya. Tidak bisa dicampur-adukkan, karena hanya akan menghasilkan kesulitan dalam proses belajar yang berdampak pada rendahnya tingkat keberhasilan pembelajaran.

  • LEVEL KUANTA MASTERING ENGLISH

Level Kuanta Mastering English adalah sebuah lompatan dan terobosan baru dalam metode pembelajaran bahasa Inggris. Metode ini dibangun dan dikembangkan dari pemanfaatan keunggulan-keunggulan Teknologi Level Kuanta, yang menitikberatkan pada proses digitalisasi (pemaknaan dalam) terhadap ilmu di level energi.
Bila dilihat dari cara bekerja otak, pada umumnya proses penguasaan (mastering) terhadap sebuah keilmuan dan skill / keterampilan apapun dilakukan melalui 4 level:
  1. Unconscious – Incompetent (seseorang tidak menyadari kalau dia tidak memiliki kemampuan).
  2. Conscious – Incompetent (menyadari kalau tidak mampu) sehingga melakukan proses belajar.
  3. Conscious – Competent (menyadari kalau sudah memiliki kemampuan) karena proses belajar.
  4. Unconscious – Competent (tidak menyadari lagi dalam menggunakan kemampuannya), karena skill atau keilmuannya sudah memasuki level otomatis dan tersimpan dibawah sadar.
Level II dan level III adalah tahapan yang paling tidak nyaman. Pada tahap ini pada umumnya orang mengerahkan tenaga, pikiran, dan konsentrasinya untuk menguasai sebuah ketrampilan; biasanya dengan menghafal, membaca berulang-ulang, mengerjakan latihan-latihan, dan sebagainya. Meskipun mereka sudah menguasainya, mereka belum terbiasa dan masih ada rasa kekhawatiran hal-hal yang membuat kegagalan.
Dalam metode pembelajarannya, Level Kuanta Mastering English melakukan proses percepatan / akselarasi, bahkan bisa juga dikatakan melakukan by-pass (mempersingkat) proses pembelajaran dari level I langsung ke level IV. Level I dan III dipotong / dilalui dengan cepat, sehingga proses belajar menjadi sangat mudah dan menyenangkan. Akibatnya, aktivitas belajar yang secara umum dianggap tidak nyaman, sulit, mengerahkan banyak tenaga, pikiran, dan konsentrasi dirubah sedemikian rupa menjadi sebuah proses yang asyik dan menyenangkan, sehingga menjadi sebuah kebutuhan. Belajar tidak lagi harus “berdarah-darah”, namun cukup dilakukan dengan tenang, rileks, dan menyenang-kan, sebab ilmu adalah kekuatan, kenikmatan, dan semangat, bukan beban berat yang terpaksa harus dijalani. Ia seharusnya menguatkan bukan malah membebani, membosankan, atau malah melelahkan.

Komentar